Pria kelahiran Minahasa, Sulawesi Utara, 26 Agustus 1936, ini seorang pengusaha yang peduli pada profesi jurnalistik. Dialah yang meletakkan dasar-dasar manajemen baru Jawa Pos sehingga menjadi salah satu koran terbesar di Indonesia. Eric Samola meninggal dunia 10 Oktober 2000 di rumah sakit Mount Elizabeth, Singapura dan dimakamkan di Jakarta. Eric Samola ketika masih di Bagian Hubungan Masyarakat PT Pembangunan Jaya, ketika direktur utamanya, Ciputra, memintanya memikirkan sejumlah wartawan yang keluar dari majalah Ekspres. Wah, mengurusi wartawan repot, katanya, kendati tugas itu diterimanya juga. Ternyata, ia bukan saja mampu membesarkan majalah TEMPO, tetapi juga mengembangkan Medika dan Swasembada, serta harian Jawa Pos di Surabaya. Sibuk di perusahaan pers tidak membuatnya menelantarkan tugas awalnya di Jaya Group. Memulai sebagai pegawai biasa, dari keberhasilannya merebut satu-satunya lowongan tenaga sarjana hukum di antara 26 SH yang melamar, ia menjadi salah seorang direktur PT Pembangunan Jaya. Saya tidak bisa bekerja setengah-setengah, tulis Samola dalam Suplemen 15 Tahun TEMPO, Maret 1986, seperti hendak menjelaskan kunci keberhasilannya. Jika Anda dasar apa yang Anda lakukan pada informasi yang tidak akurat, Anda mungkin tidak menyenangkan terkejut oleh konsekuensi. Pastikan Anda mendapatkan seluruh lowongan kerja informasi kerja terbaru 2010 cerita dari sumber-sumber informasi.
Di waktu kecil, ia ingin menjadi polisi. Pekerjaan itu kelihatan berwibawa sekali, kata Eric, yang yatim ketika berusia satu tahun, sedangkan satu-satunya adiknya masih dalam kandungan ibunya yang tetap menjanda. Perjuangan sang ibu yang membiayai sekolah mereka dengan gaji seorang guru SD melecutnya rajin belajar. Tamat SMA, ia merantau ke Jawa, dan untuk memenuhi cita-cita masa kecilnya, Eric melamar " dan diterima " di sekolah polisi di Sukabumi. Tiba-tiba cita-citanya beralih ingin menjadi hakim. Ia lalu mendaftarkan dan diterima di Fakultas Hukum & Pengetahuan Masyarakat UI, rampung 1964. Melamar kerja di Departemen Kehakiman, lowongan hakim yang tersedia hanya di Timor, padahal Eric ingin ditempatkan di Jakarta atau Bandung. Sebenarnya keinginannya itu bisa terpenuhi, bila ia sudi mengeluarkan biaya. Semasa mahasiswa, Eric aktif di organisasi mahasiswa Kristen GMKI. Sejak SMP saya memang sudah senang berorganisasi, tutur Direktur Utama PT Grafiti Pers, yang menjadi penerbit TEMPO itu. Maka, tidak heran, di tengah-tengah kesibukannya, ia masih menyempatkan diri menjabat Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia. Di DPP Golkar, Eric menjadi Ketua Departemen Koperasi dan Wiraswasta. Pada usia 50 tahun (1986), dengan tinggi 175 cm, berat badannya berlebih 5 kg. Karena itu, kalau malam saya jarang makan nasi, kata Samola, yang suka main golf dan jalan kaki pagi. Dulu, 1968-1972, ia menyenangi reli mobil, dan Eric muda pernah menjadi juara keempat dan ketiga Rally Jawa-Bali I dan II. Penggemar film James Bond dan musik Idris Sardi ini menikah dengan Dorothea Sara Luntungan, anak pendeta yang dulu sama- sama aktif di GMKI. Mereka dikaruniai dua anak. Pada tahun 1982, Eric FH Samola yang ketika itu menjabat Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit Majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dialah yang kemudian meletakkan dasar-dasar manajemen baru Jawa Pos. Eric memilih Dahlan Iskan, Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk menjalankan ide-idenya itu. Tahun 1990 Eric Samola menderita sakit yang amat panjang dan akhirnya meninggal dunia di tahun 2000. Dahlan selalu mengatakan Eric Samola bukan saja sebagai seniornya tapi juga bapaknya. No related posts.
Di waktu kecil, ia ingin menjadi polisi. Pekerjaan itu kelihatan berwibawa sekali, kata Eric, yang yatim ketika berusia satu tahun, sedangkan satu-satunya adiknya masih dalam kandungan ibunya yang tetap menjanda. Perjuangan sang ibu yang membiayai sekolah mereka dengan gaji seorang guru SD melecutnya rajin belajar. Tamat SMA, ia merantau ke Jawa, dan untuk memenuhi cita-cita masa kecilnya, Eric melamar " dan diterima " di sekolah polisi di Sukabumi. Tiba-tiba cita-citanya beralih ingin menjadi hakim. Ia lalu mendaftarkan dan diterima di Fakultas Hukum & Pengetahuan Masyarakat UI, rampung 1964. Melamar kerja di Departemen Kehakiman, lowongan hakim yang tersedia hanya di Timor, padahal Eric ingin ditempatkan di Jakarta atau Bandung. Sebenarnya keinginannya itu bisa terpenuhi, bila ia sudi mengeluarkan biaya. Semasa mahasiswa, Eric aktif di organisasi mahasiswa Kristen GMKI. Sejak SMP saya memang sudah senang berorganisasi, tutur Direktur Utama PT Grafiti Pers, yang menjadi penerbit TEMPO itu. Maka, tidak heran, di tengah-tengah kesibukannya, ia masih menyempatkan diri menjabat Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia. Di DPP Golkar, Eric menjadi Ketua Departemen Koperasi dan Wiraswasta. Pada usia 50 tahun (1986), dengan tinggi 175 cm, berat badannya berlebih 5 kg. Karena itu, kalau malam saya jarang makan nasi, kata Samola, yang suka main golf dan jalan kaki pagi. Dulu, 1968-1972, ia menyenangi reli mobil, dan Eric muda pernah menjadi juara keempat dan ketiga Rally Jawa-Bali I dan II. Penggemar film James Bond dan musik Idris Sardi ini menikah dengan Dorothea Sara Luntungan, anak pendeta yang dulu sama- sama aktif di GMKI. Mereka dikaruniai dua anak. Pada tahun 1982, Eric FH Samola yang ketika itu menjabat Direktur Utama PT Grafiti Pers (penerbit Majalah Tempo) mengambil alih Jawa Pos. Dialah yang kemudian meletakkan dasar-dasar manajemen baru Jawa Pos. Eric memilih Dahlan Iskan, Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk menjalankan ide-idenya itu. Tahun 1990 Eric Samola menderita sakit yang amat panjang dan akhirnya meninggal dunia di tahun 2000. Dahlan selalu mengatakan Eric Samola bukan saja sebagai seniornya tapi juga bapaknya. No related posts.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar