Jakarta, 29/4/2010 (Kominfo-Newsroom) " Menko Kesra Agung Laksono
mengharapkan para pelaku bisnis di era pasar bebas dan era
teknologi harus betul-betul profesional dan memahami pemanfaatan
teknologi, khususnya teknologi terapan tepat guna, sehingga
industri barang dan jasa Indonesia mampu bersaing, baik di pasar
domestik maupun regional dan internasional. Pemerintah sejak lama telah memahami bahwa kondisi dunia usaha
kita, khususnya skala mikro, kecil, dan menengah, cukup
memprihatinkan, katanya saat memberikan sambutan pada acara
Musyawarah Nasional Ke-2 Asosiasi Perusahaan Teknik Mekanikal dan
Elektrikal (Aptek) Indonesia di Jakarta, Kamis (29/4). Menurutnya, saat ini Indonesia dihadapkan pada perdagangan
bebas, baik di wilayah ASEAN melalui ASEAN Free Trade Area (AFTA),
dan juga kerja sama perdagangan bebas dengan China melalui
ASEANChina Free Trade Area (ACFTA) yang telah efektif dilaksanakan
1 Januari 2010 lalu. Agung Laksono mengatakan, tema Munas Aptek untuk Mewujudkan
Profesionalisme Pelaku Bisnis yang Berbasis Daya Saing Global
sangat tepat dan strategis, karena persoalan profesionalisme para
pelaku bisnis terkait usaha skala kecil dan menengah harus lebih
ditangani lebih serius, sehingga mampu berkiprah di tingkat global
dan membawa kemakmuran bagi rakyat. Pemerintah tidak henti-hentinya berupaya melakukan perbaikan dan
peningkatan, dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik, di
Indonesia pada tahun 2008 terdapat 51,25 juta unit UMKM atau 99,99
persen dari seluruh pelaku usaha nasional, katanya. Pikirkan tentang apa yang telah Anda baca sejauh ini. Apakah itu memperkuat apa yang telah Anda ketahui tentang lowongan kerja informasi kerja terbaru 2010? Atau ada sesuatu yang sama sekali baru? Bagaimana dengan sisa paragraf?
Dari jumlah tersebut, katanya, sebanyak 98,91 persen atau
sekitar 50,7 juta unit usahanya adalah berskala mikro, namun baru
sekitar sembilan persen unit usaha itu yang permodalannya mampu
dilayani oleh bank umum, dan sekitar tiga persen yang dapat
dilayani oleh bank perkreditan rakyat (BPR). Menurutnya, mereka yang berada dalam skala mikro, cara
berproduksinya masih jauh dari sentuhan teknologi, kemudian jauh
dari akses permodalan perbankan, dan jauh dari manajemen yang
modern. Dengan kata lain, usaha mereka sifatnya semata-mata hanya untuk
tujuan bertahan atau sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dengan kondisi tersebut, maka terlalu jauh melompat jika kita
berbicara tentang daya saing global, katanya. Namun demikian, menurutnya, tidak perlu kecil hati, karena para
pengusaha Indonesia di tingkat mikro justru mampu selamat dari
krisis moneter yang pernah melanda Indonesia, sebaliknya para
pengusaha skala menengah dan besar yang banyak yang tidak mampu
bertahan. Dikemukakan, usaha skala kecil dan menengah mampu bertahan dari
tempaan krisis karena bahan baku yang digunakan tidak tergantung
pada impor atau cukup mengandalkan bahan baku lokal, selain itu
mereka juga memiliki pangsa pasar yang luas di dalam negeri, dan
tidak memiliki utang terhadap perbankan. Ia juga menjelaskan bahwa pemerintah telah memberikan berbagai
kemudahan, salah satunya melalui Perpres Nomor 6 tahun 2007 tentang
Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pembangunan UKMK. Kebijakan dan kemudahan itu di antaranya adalah pengembangan
kredit usaha mikro dan kecil, bantuan sertifikasi tanah,
pengembangan resi gudang, perluasan pegadaian, pengembangan
teknologi tepat guna, serta pengembangan bahan bakar nabati dan
energi terbarukan. (T.wd/ysoel)
mengharapkan para pelaku bisnis di era pasar bebas dan era
teknologi harus betul-betul profesional dan memahami pemanfaatan
teknologi, khususnya teknologi terapan tepat guna, sehingga
industri barang dan jasa Indonesia mampu bersaing, baik di pasar
domestik maupun regional dan internasional. Pemerintah sejak lama telah memahami bahwa kondisi dunia usaha
kita, khususnya skala mikro, kecil, dan menengah, cukup
memprihatinkan, katanya saat memberikan sambutan pada acara
Musyawarah Nasional Ke-2 Asosiasi Perusahaan Teknik Mekanikal dan
Elektrikal (Aptek) Indonesia di Jakarta, Kamis (29/4). Menurutnya, saat ini Indonesia dihadapkan pada perdagangan
bebas, baik di wilayah ASEAN melalui ASEAN Free Trade Area (AFTA),
dan juga kerja sama perdagangan bebas dengan China melalui
ASEANChina Free Trade Area (ACFTA) yang telah efektif dilaksanakan
1 Januari 2010 lalu. Agung Laksono mengatakan, tema Munas Aptek untuk Mewujudkan
Profesionalisme Pelaku Bisnis yang Berbasis Daya Saing Global
sangat tepat dan strategis, karena persoalan profesionalisme para
pelaku bisnis terkait usaha skala kecil dan menengah harus lebih
ditangani lebih serius, sehingga mampu berkiprah di tingkat global
dan membawa kemakmuran bagi rakyat. Pemerintah tidak henti-hentinya berupaya melakukan perbaikan dan
peningkatan, dan berdasarkan data Badan Pusat Statistik, di
Indonesia pada tahun 2008 terdapat 51,25 juta unit UMKM atau 99,99
persen dari seluruh pelaku usaha nasional, katanya. Pikirkan tentang apa yang telah Anda baca sejauh ini. Apakah itu memperkuat apa yang telah Anda ketahui tentang lowongan kerja informasi kerja terbaru 2010? Atau ada sesuatu yang sama sekali baru? Bagaimana dengan sisa paragraf?
Dari jumlah tersebut, katanya, sebanyak 98,91 persen atau
sekitar 50,7 juta unit usahanya adalah berskala mikro, namun baru
sekitar sembilan persen unit usaha itu yang permodalannya mampu
dilayani oleh bank umum, dan sekitar tiga persen yang dapat
dilayani oleh bank perkreditan rakyat (BPR). Menurutnya, mereka yang berada dalam skala mikro, cara
berproduksinya masih jauh dari sentuhan teknologi, kemudian jauh
dari akses permodalan perbankan, dan jauh dari manajemen yang
modern. Dengan kata lain, usaha mereka sifatnya semata-mata hanya untuk
tujuan bertahan atau sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dengan kondisi tersebut, maka terlalu jauh melompat jika kita
berbicara tentang daya saing global, katanya. Namun demikian, menurutnya, tidak perlu kecil hati, karena para
pengusaha Indonesia di tingkat mikro justru mampu selamat dari
krisis moneter yang pernah melanda Indonesia, sebaliknya para
pengusaha skala menengah dan besar yang banyak yang tidak mampu
bertahan. Dikemukakan, usaha skala kecil dan menengah mampu bertahan dari
tempaan krisis karena bahan baku yang digunakan tidak tergantung
pada impor atau cukup mengandalkan bahan baku lokal, selain itu
mereka juga memiliki pangsa pasar yang luas di dalam negeri, dan
tidak memiliki utang terhadap perbankan. Ia juga menjelaskan bahwa pemerintah telah memberikan berbagai
kemudahan, salah satunya melalui Perpres Nomor 6 tahun 2007 tentang
Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pembangunan UKMK. Kebijakan dan kemudahan itu di antaranya adalah pengembangan
kredit usaha mikro dan kecil, bantuan sertifikasi tanah,
pengembangan resi gudang, perluasan pegadaian, pengembangan
teknologi tepat guna, serta pengembangan bahan bakar nabati dan
energi terbarukan. (T.wd/ysoel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar